artikel ini diambil langsung dari buletin
Boolean Edisi Okteober 2006 yang ada tulisannya
EXTRA EDITION.
Artikel ditulis oleh Arief Ris-"Tanto", Ka. Biro Humas BEM Fasilkom UI.
Artikel ini diambil
langsung tanpa mengubah apapun isi dari artikel tersebut. Ejaan salah akan ditulis apa adanya. Tapi tidak menutup kemungkinan gw salah ketik x)
-Begin-
Sering kali kita mendengar tawa renyah penuh canda diselingi kata-kata umpatan yangd berasal ari yuli (bangku kayu depan lab -red). Ternyata beberapa mahasiswa fasilkom sedang asik main poker, black jack, remi atau singkat kata sedang main kartu. Seperti tidak mengenal waktu, baik pagi, siang, sore atau bahkan malam sekalipun terkadang masih ada saja mahasiswa yang bermain kartu disana. Melalui tulisan ini saya akan mencoba mengajak teman-teman semua untuk membuka mata dan hati nurani teman-teman dan sedikit menanggalkan ego kita untuk sejenak berpikir pantaskah kita bermain kartu di lingkungan pendidikan ini?
UI sering kali disebut dengan kampus rakyat. Tahukah rekan-rekan mengapa disebut demikian? Salah satu alasannya adalah UI bisa beroperasional karena dibiayai oleh rakyat. Ya, meskipun UI sudah menjadi sebuah BHMN, tetap saja UI masih mendapat subsidi dari pemerintah. Pertanyaan berikutnya, dari mana uang yang diberikan pemerintah itu berasal? Apakah dari gaji para pejabat? Apakah dari gaji anggota dewan? Bukan rekan-rekan, uang itu berasal dari pajak yang dipungut pemerintah kepada seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Pantaskah kita sebagai mahasiswa yang kuliah dengan dibiayai dari hasil tetes keringat tukang becak yang dipungut pajaknya oleh pemerintah, melakukan sesuatu yang dinilai buruk oleh masyarakat luas yang telah membiayai kita?
Masyarakat menilai bahwa bermain kartu adalah suatu hal yang kurang baik. Apa buktinya? Jika meminta bukti yang kongkret mungkin saya akan sulit untuk menggambarkannya, pasalnya norma atau nilai-nilai kemanusiaan yang berkembang di masyarakat tidak akan mudah untuk dilukiskan. Mungkin saya akan memberi sedikit ilustrasi. Begini, coba kalau kita melihat berita di televisi, sering kita lihat polisi merazia tempat-tempat umum seperti terminal, stasiun dan lain sebagainya. Kalau rekan-rekan perhatikan, polisi selalu saja menangkap sekumpulan orang yang sedang main kartu. Mengapa demikian? Karena pada kumpulan-kumpulan orang itulah judi, miras, narkotik berkembang biak dengan pesatnya.
The point is polisi maupun masyarakat sudah mempunyai image buruk ke orang-orang yang main kartu. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Kira-kira begitu deh kalimat kerennya.
Sebagian mungkin berpendapat, "Gw main kartu hanya untuk kesenangan kok, gak judi, gak mabok, gak
nge-drug, dan gak lain-lainnya." Memang sih tidak ada hukum tertulis di negara ini yang melarang main kartu padahal mereka belum tentu melakukan sesuatu yang melanggar hukum? Its simple, gak akan ada kebakaran dahsyat tanpa lebih dulu disulut oleh percikan api yang kecil. (Red: Ring The Bell).
Honestly, 7 years ago I used to be playing card, and trust me guys, I had a really bad experience about it, and i don't want that bad experience comes to you all, my friends in Fasilkom."Gak main kartu gak ada kesenangan donk!" Kata siapa? Rekan-rekan mungkin ada yang berpendapat seperti ini. Apa rekan-rekan ada yang pernah main ke Fakultas MIPA atau PSIKOLOGI? Disana ada spanduk bertuliskan, "Dilarang Main Kartu!". Ya, main kartu adalah hal yang ilegal di fakultas-fakultas tersebut. Otomatis mahasiswa disana tidak ada yang main kartu, at least gak di lingkungan fakultas mereka. Sejauh yang saya tau, hingga saat artikel ini dicetak di fakultas-fakultas tersebut masih banyak kok mahasiswa yang bisa tertawa riang dan bersenang-senang. Artinya tanpa main kartu pun mereka tetap bisa refresing dari kuliah dan tugas-tugas mereka yang padat. Okelah gak usah jauh-jauh, di Fasilkom sendiri hal itu memungkinkan kok. Rekan-rekan kenal Franova'04 alias Smile (bukan Smell) kan? (Sory bro pinjem nama loe) Dia bisa kok tertawa riang., refresing, tanpa bermain kartu di Fasilkom. Dia selalu punya cara untuk menghilangkan stress maupun penat di kepalanya tanpa harus memainkan samgong, remi, qyu-qyu atau jenis-jenis permainan kartu lainnya. Gak percaya? Liat aja wajahnya yang selalu dihiasi dengan senyum yang menawan kapanpun dan dimana pun dia berada. :)
Singkat kata buat anda para aktivis kartu (sambil nunjuk), sebelum main kartu, ketika kalian berniat untuk bermain kartu, coba tanyakan pada diri kalian, Apa tujuan saya main kartu? Keuntungan apa yang saya dapat? Keuntungan apa yang saya berikan kepada orang lain? Dan segudang pertanyaan lainnya, dan please jawab dengan jujur dari hati nurani kalian plus tanpa ego kalian (seperti yang saya katakan di awal).
Yang ingin saya tekankan di sini adalah, budaya main kartu adalah budaya yang kurang baik untuk kita tanamkan di lingkungan Fasilkom, lingkungan UI, maupun lingkungan masyarakat luas. Masih banyak kegiatan-kegiatan lain yang lebih positif yang bisa rekan-rekan lakukan untuk menghilangkan penat di kepala rekan-rekan semuanya. Kita hidup di masyarakat, sudah sepantasnya lah kita menanamkan norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakan meskipun itu tidak terkonstitusi (Red:tertulis) diatas kertas.
Terakir saya ingin minta maaf kalau gaya tulisan saya tidak formal dan banyak menggunakan kata-kata slank maupun asing (Editor juga). Saya hanya ingin menghidupkan suasana saja. Mohon maaf juga yang sebesar-besarnya jika tulisan saya disini ada yang menyinggung perasaan rekan-rekan sekalian. Tulisan ini saya buat bukan dengan tujuan memojokan pihak atau orang-orang tertentu. Tujuan saya membuat tulisan ini hanya untuk kita kaji bersama-sama sebagai bahan agar kita bisa lebih baik lagi.
Just want to make everything become better and better. I only show you the path, it is you who has to choose which way that you will take so you can gain the better condition of your life.
-end-
Together for All The Times { 10:53 PM }